Selasa, 13 Desember 2011

Laporan Pementasan Drama "Bunga Rumah Makan"

Tugas Pengembangan Bahan Ajar


LAPORAN ANALISIS DRAMA
“BUNGA RUMAH MAKAN”

OLEH:

Nila Sari Hutasuhut
209411018
Dik. A-Reguler ’09



JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011

Senin, 12 Desember 2011

RPP Q

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMA Negeri 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X / 2
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

A. Standar Kompetensi
Membaca: 15. Memahami sastra Melayu Klasik
B. Kompetensi Dasar
15.1. Mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsure intrinsic sastra Melayu Klasik
C. Indikator
Pertemuan Pertama
• Mengidentifikasi karakteristik karya sastra Melayu Kasik
• Menentukan struktur (unsur) karya sastra Melayu Klasik
Pertemuan Kedua
• Menuliskan secara singkat karya sastra Melayu Klasik dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraph
D. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
• Siswa dapat mengidentifikasi karakteristik karya sastra Melayu Kasik
• Siswa dapat menentukan struktur (unsur) karya sastra Melayu Klasik

Pertemuan Kedua
• Siswa dapat menuliskan secara singkat karya sastra Melayu Klasik dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragrap
F.Materi Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
Karya sastra Melayu Klasik
Ciri-ciri :
- Bersifat anonim tetapi biasanya ditemukan nama penyair naskah
- Bersifat kraton sentries atau menceritakan kehidupan raja-raja di istana
Unsur-unsur karya sastra Melayu Klasik:
a. Tema yakni ide pokok yang menjadi landasan cerita
b. Tokoh yakni orang (binatang dalam cerita fable) yang memiliki sifat-sifat tertentu dan mengalami serangkaian kejadian
c. Alur atau plot yakni rangkaian peristiwa yang saling berhubungan dan disusun berdasarkan sebab-akibat
d. Latar atau setting yakni tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita
e. Sudut pandang atau Point of View yakni posisi pengarang ketika menulis atau mengembangkan cerita
f. Amanat yakni pesan pengarang terhadap pembaca
2. Pertemuan Kedua
Ringkasan isi karya sastra Melayu Klasik
Contoh : Hikayat Sri Rama
Judul : Sita Dewi diterbangkan oleh Maharaja Rahwana
Disebuah kerajaan yang letaknya di Langkapura dipimpin seorang rajayang bernama Maharaja Rahwana. Beliau mempunyai dua orang pengawal yang bernama Maha Luka dan Perjangga Sura. Di tempat lain ada pula sebuah kerajaan yang diperintahi oleh Seri Rama dengan permaisuri Sita Dewi. Maharaja Rahwana ingin menculik Sita Dewi, permaisuri Seri Rama. Suatu ketika Maharaja Rahwana menyuruh pengawalnya untuk pergi ke tempat Seri Rama dan menyatakan agar seorang menjadi kijang emas dan seorang lagi kijang perak.
Dan menyuruh mereka pergi ke hadapan rumah Seri Rama, serta mereka disuruh melompat-lompat dan menari-nari. Sita Dewi melihat kedua kijang tersebut. Lalu menyuruh suaminya Seri Rama menangkap kijang tersebut hidup-hidup. Tetapi Seri Rama menolak bahwa kijang itun tidak dapat ditangkap melainkan ditembak saja. Sita Dewi tidak menerima usul suaminya, dia tetap menginginkan kijang itu harus ditangkap hidup-hidup. Lalu Seri Rama pergi ke luar dan ingin menangkap kijang tersebut, tetapi kijang itu lari ke hutan dan terus dikejar oleh Seri Rama.
Tetapi di hutan itu telah bersembunyi Maharaja Rahwana, kemudian berteriak minta tolong dengan meniru suara Seri Rama. Dari kejauhan Sita Dewi mendengar suara tersebut kemudian dia permisi kepada Laksamana agar ia keluar melihat suaminya minta tolong itu. Pada awalnya Laksamana tidak menyetujui Sita Dewi pergi karena ia mengingat pesan dari Seri Rama untuk menjag Sita Dewi. Tetapi karena Sita Dewi selalu mendesak untuk melihat suaminya ke hutan, kemudian ia diperbolehkan untuk pergi. Sita Dewi sampai di hutan yang nyatanya di hutan itu adalah Maharaja Rahwana dan saat itulah ia ditangkap dan diterbangkan oleh Maharaja Rahwana.


G. Model Pembelajaran
Student Teams - Achievment Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota yang lain sampai mengerti. Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan

H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
No. Kegiatan Belajar Waktu
1. Kegiatan Awal :
 Berdoa dan mengabsen siswa
 Salam pembuka / cerita lucu / menyanyi
 Memberikan informasi mengenai KD dan materi yang akan disampaikan
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
 Menanyakan kembali pelajaran yang lalu yang berhubungan dengan pelajaran yang akan diajarkan

5 Menit
2. Kegiatan Inti :
 Menjelaskan karakteristik sastra Melayu Klasik secara mandiri , rasa ingin tahu, dan kreatif

 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik sastra Melayu Klasik secara mandiri dan komunikatif

 Tugas Terstruktur
- Membacakan salah satu sastra Melayu Klasik
- Mengidentifikasi karakteristik sastra Melayu Klasik
- Mendiskusikan struktur unsure intrinsic sastra Melayu Klasik
35 Menit

3. Kegiatan Akhir :
 Penilaian
 Refleksi memahami arti pentingnya karakteristik dan unsur intrinsik sastra Melayu Klasik
 Tugas Mandiri Tidak Terstruktur
- Menuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu Klasik dengan judul “Sejarah Melayu” dengan bahasa sendiri
5 Menit




I. Sumber dan Media Pembelajaran
• karya satra Melayu klasik



J. Penilaian
- Teknik : Tes tertulis
- Bentuk : Test uraian
- Soal/Instrumen :
1. Tuliskan ciri-ciri sastra Melayu Klasik!
2. Tuliskan unsur-unsur intrinsic sastra Melayu Klasik!
3. Tuliskan sebuah judul cerita yang termask sastra Melayu Klasik!










Format Penilaian
No Kunci Jawaban Skor Butir Skor Maksimum
1 a. Bersifat anonim
b. Bersifat kraton sentries
c. Menggunakan kata klise : maka, arkian, hatta, sebermula 10
10
10 30
2 a. Tema
b. Alur / plot
c. Perwatakan / penokohan
d. Latar / setting
e. Point of view (sudut pandang)
f. Amanat
g. Majas / gaya bahasa 5
5
10
5
10
5
10 50
3 Hikayat Seri Rama 20 20

SKOR MAKSIMUM
100

Mengetahui Sidempuan, Desember 2011

Kepala SMA Negeri 1 Guru Mata Pelajaran

Model-model Pembelajaran

Model-Model Pembelajaran
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
1) Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2) Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).

3) Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

4) Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

5) Problem Posing
Problem posing yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
6) Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
7) Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
8) Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
9) Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (199 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.

Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
10) SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
11) TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:

a.Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
b.Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.

c. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
12) VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
13) AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
14) TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.

Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
15) STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
16) NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
17) Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi

CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.

TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.

CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh

SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.

MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembnelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep

KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.

CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.

DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.

Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.

CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.

IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya

Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.

Artikulasi
Artikulasi adalah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.

Debate
Debat adalah model pembalajaranb dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.

Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.

Talking Stick
Sintak p[embelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.

Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi

Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.

Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Demonstration
Pembelajaran ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababn, presentasi hasuil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.

Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.

Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.

Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.

Generatif
Generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi

Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi

Complete Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: sisapkan blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.

Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tia kelompok membeuat kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.

Time Token
Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.

Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi

Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.

Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.

Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.

Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.

Jumat, 02 Desember 2011

LKS

LEMBAR KERJA SISWA
Nama : ¬____________
Kelas :_____________ Tujuan memahami sastra klasik:___________
Tanggal :____________

1) Bacalah hikayat di bawah ini!
HIKAYAT SRI RAMA
Awal hikayat, diceritakan perihal lahirnya Rawana setelah dikandung ibunya, Raksagandi, selama dua tahun. Pada usia 12 tahun Rawana sudah biasa memukul mati teman-teman sepermainannya sehingga ia dibuang oleh kakeknya, Bermaraja ke bukit Srandib. Setelah bertapa selama 12 tahun di sana, ia bertemu dengan Nabi Adam. Dengan syarat taat akan hukum Allah SWT., ia dianugerahi empat alam kearajaan yang kesemua rajanya tunduk kepadanya, yaitu kerajaan alam keindraan, kerajaan di dalam bumi, kerajaan di laut, dan kerajaan di permukaan bumi. Di negeri keindraan ia berkuasa, beristri Nila Utama dan beranak yang dinamainya Indrajit. Di dalam bumi ia berkuasa, beristri Putri Pertiwi Dewi beranak Patala Maharayan. Di laut ia berkuasa, beristri Gangga Mahadewi dan beranak Rawana Gangga Mahasura. Dalam usia 12 tahun anak-anaknya diangkatnya menjadi raja. Di Serandib sendiri Rawana mendirikan istana kerajaan besar, Langkapuri. Semua kerajaan di permukaan bumi (alam dunia) takluk kepadanya kecuali kerajaan Indrapuri, Birukasyapurwa, Lakurkatakina, dan negeri Aspahaboga.
Sepeninggal Rawana, Negeri Indrapurinegara, Bermaraja, kakek Rawana meninggal digantikan oleh Badanul. Setelah Badanul meninggal, naik tahtalah Raja Citrabaha, ayah Rawana. Citrabaha memiliki tiga orang anak, yaitu Kumbakarna, Bibusanam, dan Surapandaki. Citrabaha meninggal digantikan oleh Naruna. Naruna meninggal digantikan oleh Raja Syaksya.
Alkisah, terjadi permusuhan antara kerajaan Biruhasyapurwa dengan kerajaan Indrapurinegara. Citrabaha menyerang Birukasyapurwa dan membunuh keluarga raja Datikawaca. Balikasya, anak adik Datikawaca, naik takhta. Setelah mengembalikan kejayaan Birukasyapurwa, Balikasya ingin membalas dendam, menyerang kerajaan Indrapuranegara. Untuk itu, Balikasya mengutus Sipanjalma dan hulubalang lainnya, menyelidiki negeri Indrapuranegara. Dalam penyelidikannya Sipanjalma meracuni menteri dan hulubalang musuh. Setelah meninggalkan surat tantangan, Sipanjalma mengundurkan diri ke negerinya. Sardal dan Kemendekata atas suruhan Raja Syaksya, mengejar Sipanjalma ke Biruhasyapurwa. Terjadilan perang besar-besaran. Rawana berusaha dan berhasil mendamaikan peperangan antara kerajaan-kerajaan tersebut.
Alkisah pula, Dasarata Raman cucu Nabi Adam dari Dasarata Cakrawati, menikah dengan putri Mandudari, anak Mahabisnu. Dari perkawinan mereka, lahirlah Sri Rama dan Laksmana. Sebagai balas jasa atas pertolongannya, Dasarata juga mengawini Baliadari. Dari baliadari Dasarata dikaruniai dua orang anak, yaitu Berdana dan Citradana.
Rawana mendengar kabar bahwa Dasarata memiliki seorang istri yang sangat cantik. Merasa tertarik, dia menemui Dasarata dan meminta Mandudari. Tanpa sepengetahuan suaminya, Mandudari berusaha menciptakan Mandudari tiruan. Mandudari tiruan inilah yang diberikan Dasarata kepada Rawana. Dengan menyamar sebagai anak-anak, Dasarata menemuni Mandudari tiruan. Pada malam harinya, Dasarata kembali ke wujud aslinya dan bersetubuh dengan Mandudari tiruan. Pagi hari Dasarata kembali menjadi anak-anak dan pulang.
Beberapa bulan kemudian Mandudari tiruan melahirkan seorang anak perempuan yang sangat cantik. Akan tetapi, karena ramalan Bibusyanam, saudaranya, bahwa suami anak tersebut akan membahayakannya, anak perempuan tersebut dimasukkan ke dalam lung besi dan dibuangnya ke laut.
Lung besi itu hanyut ke laut negeri Darwatipura dan ditemukan oleh raja negeri itu, Maharaja Kala. Dengan serta merta air susu istrinya, Minuram Dewi pun terpancar. Putri temuannya itu dinamai oleh Maharaja Kala Sita Dewi. Maharaja Kala menamam 40 pohon lontar berbanjar dan berkata, “barang siapa yang berhasil memanah 40 pohon lontar tersebut dengan sekali panah, maka putri itu akan diberikan kepadanya”.
Mencapai usia 12 tahun, Sita Dewi tumbuh dan termashur sebagai putri Maharaja Kala yang sangat cantik. Banyak putra raja yang datang memintanya untuk dijadikan istri. Maka Maharaja Kala mengumumkan bahwa siap yang dapat memanah 40 pohon lontar yang ditanamnya dalam sekali panah, maka Sita Dewi akan diberikan kepadanya. Dalam sayembara itu, atas panggilan langsung Maharaja Kala, Sri Rama datang mengikuti sayembara. Sri Rama memenangkan sayembara. Akhirnya Sri Rama menikah dengan Sita Dewi.
Setelah berhasil melewati peperangan dengan empat anak raja yang sama-sama menginginkan Sita Dewi, Sri Rama memutuskan untuk tinggal di hutan Dalinam, artinya rimba manikam. Mereka ditemani oleh Laksmana. Di hutan itu, Sri Rama dan Sita Dewi mandi di kolam jernih Kala Sehari Bunting. Serta merta mereka jadi kera. Pada saat menjadi kera itu mereka melakukan hubungan intim. Akibatnya, kata Laksmana, Sita akan melahirkan seekor kera. Dengan diurut, akhirnya Sita Dewi mengeluarkan manikam melalui kerongkongannya. Dengan bantuan Bayu Bata, manikam yang telah dibungkus dengan daun budi, dimasukkan ke dalam mulut Dewi Anjani yang sedang bertapa. Akhirnya Dewi Anjani melahirkan seorang anak laki-laki serupa kera yang dinaminya Hanuman.
Merasa sakit hati karena hidung Surapandaki, saudaranya, dirumpungkan oleh Laksmana, Rawana berniat membalas dendam melalui Sita Dewi. Dengan akal dan kesaktiannya, Rawana menculik Sita Dewi.
Dalam perjalanannya mencari Sita Dewi, Sri Rama bertemu dengan bangau yang memberikan kabar bahwa istrinya diculik Rawana. Sri Rama juga bertemu dengan Jentayu yang melawan Rawana ketika Rawana menculik Sita Dewi. Rawana juga bertemua dengan Sugriwa serta Baliraja. Pada saat di Negeri Lakurkatakina, negeri baliraja itu, datanglah Citradana dan Berdana, dua saudaranya dari negeri Indrapura. Mereka datang untuk mengabarkan kematian ayah mereka, Dasarata, dan ingin menjemput Sri Rama agar bersedia menjadi raja di Inderapuri. Sri Rama menolaknya.
Di negeri Lakurkatakina, Sri Rama memperoleh bantuan. Di sini Sri Rama bertemu dengan Hanuman, anaknya yang lahir melalui Dewi Anjani. Hanuman pula yang disuruhnya untuk menyelidiki keadaan Sita Dewi di Langkapuri . Di Langkapuri Hanuman membakar semua istana kecuali tempat tinggal Sita Dewi. Kalau pada saat pergi bertumpukan lengan Sri Rama, maka ketika pulang Hanuman bertumpukan batu kecil di bukit Serandib.
Berdasarkan informasi hasil penyelidikan Hanuman, Sri Rama memutuskan untuk menyerang negeri Rawana itu. Untuk menyeberang ke Langkapuri, dibuatlah tambak dan jembatan penyeberangan. Dalam pekerjaan itu Sri Rama dibantu oleh Maharesi Sahagentala. Setelah tambak dan jembatan penyeberangan selesai dibangun, dimulailah penyeberangan ke Langkapuri dan pecahlah perang antara pihak Sri Rama dan pihak Rawana. Betapa banyaknya rakyat dan prajurit dari kedua belah pihak yang gugur dalam peperangan itu. Sri Rama sendiri berhasil membinasakan Kumbakarna, Badubisa, Patala Marayan, Gangga Mahasura, Indrajit, dan Mulamatani.
Dalam peperangan itu, Sri Rama keluar sebagai pemenang. Dengan begitu Sri Rama berhak menguasai Langkapuri dan menjadi raja yang kedaulatannya sangat luas. Ucapan selamat datang dari kerajaan-kerajaan lain, antara lain dari Maharaja Kala dari negeri Darwati dan Citradana serta Berdana, saudaranya, dari negeri Mandupuranegara. Karena ragu akan kesuciannya, Sita Dewi diuji Sri Rama dengan cara dibakar. Ternyata Sita Dewi tidak terbakar sedikit pun. Artinya, Sita Dewi masih suci.
Atas saran Bibusanam, Sri Rama mendirikan negeri baru, yaitu negeri Daryapuranegara. Adapun kerajaan Langkapuri dikuasakan kepada Jamumenteri. Di negeri baru itu, Sri Rama mendirikan pemerintahan yang adil dan makmur. Pada saat itu pula, Sita Dewi hamil atas upaya Maharesi Kala. Namun, Sita Dewi dipitnah Kikuwi, adik Sri Rama, sehingga Sita Dewi pergi dan menetap selama 12 tahun di negeri Darwati, bersama Maharesi Kala. Dalam pembuangannya itu Sita Dewi melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamai Tilawi. Karena kehilangan Tilawi, saat diasuhnya, Maharesi Kala menciptakan seorang anak laki-laki lain yaitu Gusi yang segalanya persis Tilawi. Kedua anak tersebut akhirnya hidup bersama seperti dua saudara kandung.
Setelah sekian lama, Sri Rama mmenyadari kekeliruannya. Menurut keyakinannya Sita Dewi tidak bersalah. Justru Kikuwilah yang bersalah. Karena itu, Sri Rama menjemput Sita Dewi. Sri Rama dan Sita Dewi dikawinkan lagi dengan upacara kebesaran. Mereka kembali ke negeri Daryapuranegara, hidup rukun dan bahagia di negeri yang adil makmur.
Dalam kondisi yang sentosa itu, Sri Rama mengawinkan Tilawi dengan putri Indra Kusuma Dewi, anak Indrajit. Sedangkan Gusi dikawinkan dengan Gangga Surani Dewi, putri Gangga Mahasura. Adapun Hanuman menolak untuk dikawinkan dengan putri Balikasya dari negeri Biruhsyapurwa.
Hanuman sempat berperang dengan Tilawi dan Gusi. Peperangan terjadi karena Hanuman menodai istri muda Tilawi, Sendari Dewi. Peperangan terhenti karena Sri Rama turun tangan mendamaikan mereka.
Setelah kejadian itu, Sri Rama mengasingkan diri bertapa di Indipuri bersama Sita Dewi. Di sana Sri Rama ditemani Laksmana dan Hanuman. Dalam masa pertapaan Sri Rama dan Sita Dewi mengajari anak-anaknya tentang tata tertib kerajaan. Demikian juga raja-raja lain banyak yang datang menemuinya. Setelah hampir selama empat puluh tahun, Sri Rama akhirnya meninggal dunia.

2) Pahamilah isi hikayat di atas
3) Tentukan unsur intrinsik dari hikayat Sri Rama!
a) Tema dan Amanat
b) Alur
c) Latar
4) Menceritakan kembali isi hikayat Sri Rama dengan kata-kata sendiri!











FORMAT PENILAIAN

Nomor Aspek Skor
1 Tem dan Amanat 1-2
2 Alur 1-2
3 Latar 1-2
4 Menceritakan kembali 1-4



NILA SARI HUTASUHUT 209411018
DIK. A REGULER ‘09

prota/prosem

PROGRAM TAHUNAN
SMP NEGERI 275 Jakarta

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII
Tahun Pelajaran : 2007 – 2008

SMT STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR ALOKASI WAKTU KET
1 Mendengarkan
1. Memahami wacana lisan berbentuk laporan membaca Menganalisis laporan 4
3. Menanggapi laporan 2
4. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memintai, membaca cepat 3.3 Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per menit 2
Membaca
7. Memahami teks drama dan novel remaja 7.1 Mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama 4
Menulis
4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas dan petunjuk 4.1 Menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar 2
Berbicara
2. Mengungkapkan berbagai informasi melalui wawancara dan presentasi laporan 2.2 Menyampaikan laporan secara lisan dengan bahasa yang baik dan benar 4
3. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca memindai 4
Membaca
7. Memahami teks drama dan novel remaja 7.2 Membuat sinopsis novel remaja Indonesia 4
Berbicara
2. Mengungkapkan berbagai informasi melalui wawancara dan presentasi laporan Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memperhatikan etika berwawancara 4
Menulis
4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, petunjuk Menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan bahasa baku 2
Mendengarkan
5. Mengapresiakan pementasan drama 5.1 Menanggapi unsur pementasan naskah drama 4
Menulis
8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide
4
Berbicara
10. Mengemukakan pikiran, perasaan dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler 10.2 Membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun
4
Menulis
4. Mengungkapkan indormasi dalam bentuk laporan, surat dinas dan petunjuk Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif 2
Mendengarkan
5. Mengapresiasikan pementasan drama 5.2 Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama 4
Menulis
8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama 4
Berbicara
10. Mengemukakan pikiran, perasaan dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler Menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan 4
Membaca
3. Memahami ragam Mendeskripsikan tempat atau arah dalam konteks yang sebenar-benarnya sesuai dengan yang tertera dalam denah 4
Berbicara
6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran 6.1 Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa 4
6.2 Bermain peran dengan cara improvisasi sesuai dengan kerangka naskah yang ditulis oleh siswa 4
2 Mendengarkan
9. Memahami isi / berita dari radio / televisi 9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar atau ditonton melalui radio / televisi 2
9.2 Mengemukakan pokok-pokok berita yang didengar dan atau ditonton 4
Membaca
11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif dan membaca nyaring Menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif 4
Menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif 4
Membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas 4
Menulis
12. Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman teks berita, slogan/poster Menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer 4
Menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas 4
Menulis slogan / poster untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi, serta persuasif 2
Mendengarkan
13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli/terjemahan) yang dibaca Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli/terjemahan) yang dibacakan 2
Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli/terjemahan) yang dibacakan 4
Mendeskripsikan alur novel remaja (asli/terjemahan) yang dibacakan 2
Berbicara
14. Mengapresiasikan kutipan novel remaja (asli/terjemahan melalui kegiatan diskusi) Mengomentari kutipan novel remaja (asli/terjemahan) 2
Menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli/terjemahan) 4
Membaca
15. Memahami buku novel (asli/terjemahan) antologi puisi Menjelaskan alur cerita, pelaku dan latar novel remaja (asli/terjemahan) 4
15.2 Mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku antologi puisi 4
Menulis
16. Mengungkapkan pikiran, dan perasan dalam puisi Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai 4
Menulis puisi bebas dengan menggunakan unsur persajakan 2
JUMLAH


Jakarta, Juli 2007
Mengetahui
Kepala SMP Negeri 275 Jakarta Guru Mata Pelajaran



Dra.Hj.Adriati,M.M. Dra.Hj.Adriati,M.M.
NIP.131265285 NIP.131265285







PROGRAM SEMESTER
SMP NEGERI 275 JAKARTA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VIII / 1 (Satu)
Tahun Pelajaran : 2007 – 2008

No KOMPETENSI DASAR Alokasi Waktu BULAN
Juli Agustus September Oktober November Desember
3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1.1 Menganalisis laporan 4 M
1.2 Menanggapi laporan 2 O
Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per menit 2 S
7.1 Mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama 4
2 4.1 Menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar 2
2.2 Menyampaikan laporan secara lisan dengan bahasa yang baik dan benar 4
Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca memindai 4
7.2 Membuat sinopsis novel remaja Indonesia 4
Ulangan Harian 1
3 2.1 Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memperhatikan etika berwawancara
Menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan bahasa baku 2
5.1 Menanggapi unsur pementasan naskah drama 4
8.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide 4
Ulangan Harian 2 2
4 Membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun 4
Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif 2
5.2 Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama 4
8.2 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama 4
5 Menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan 4
Mendeskripsikan tempat atau arah dalam konteks yang sebenar-benarnya sesuai dengan yang tertera dalam denah 4
6.1 Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa 4
6.2 Bermain peran dengan cara improvisasi sesuai dengan kerangka naskah yang ditulis oleh siswa 4
Ulangan Harian 3 2
Ulangan Umum 4


Mengetahui, Jakarta, Juli 2007
Kepala SMP Negeri 275 Jakarta Guru Mata Pelajaran



Dra.Hj.Adriati,M.M. Dra.Hj.Adriati,M.M.
NIP.131265285 NIP.131265285




PROGRAM SEMESTER
SMP NEGERI 275 JAKARTA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VIII / 2 (DUA)
Tahun Pelajaran : 2007 – 2008


No KOMPETENSI DASAR Alokasi Waktu BULAN
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. 9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana) yang didengar dan atau ditonton melalui radio/televisi 2 LIBUR SMT 1 UJIAN NASIONAL UJIAN SEKLAH ULANGAN UMUM SEMESTER GENAP
9.2 Mengemukakan kembali yang didengar/ditonton melalui radio/televisi 4
11.1 Menemukan maslah utama dan berbagai berita yang bertopik sama melalui membaca intensif 4
11.2 Menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif 4
11.3 Membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang keras 4
Ulangan Harian 1 2
2 12.1 Menulis rangkuman buku ilmu pengetahuan populer 4
12.2 Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas 4
12.3 Menulis slogan/poster untuk berbagai keperluan dengan pilihan berita 2
3 13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan 2
Ulangan Mid Semester 4
13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan 4
13.3 Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan 2
Ulangan Harian 2
14.1 Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) 2
14.2 Menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) 4
4 15.1 Menjelaskan alur cerita, pelaku dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) 4
15.2 Mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku antologi puisi 4
16.1 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang sesuai 4
16.2 Menulis puisi bebas dengan memperhatikan persajakan 2
Ulangan Harian 3 2
Cadangan 4



Mengetahui, Jakarta, Juli 2007
Kepala SMP Negeri 275 Jakarta Guru Mata Pelajaran



Dra.Hj.Adriati,M.M. Dra.Hj.Adriati,M.M.
NIP.131265285 NIP.13126528

Rabu, 30 November 2011

cerpen ku

Nama: NIla Sari Hutasuhut
Nim: 209411018
Kelas: Dik. A REguler ‘09

SAHABATKU JUGA KELUARGAKU
Satu demi satu, motor yang terparkir di garasi samping rumah aku keluarkan ke teras depan. Memang hari masih pagi, teman-teman yang lain masih tertidur dengan pulasnya. Kecuali Nur yang semenjak shubuh tadi pergi untuk mengantar koran, dia memang nyambi kerja sebagai loper koran. Jam di dinding masih menjukkan pukul enam kurang lima belas menit. Tak mengherankan memang, tadi malam kita begadangan sampai adzan shubuh terdengar. Entah mengapa, tiba-tiba kami berkeinginan untuk sekedar berbagi cerita. Sesuatu yang sudah mulai jarang kita lakukan. Terutama ketika berbagai macam laporan sudah mulai menerjang tanpa henti. Memang berbagi cerita menjadi hal yang sering kami lakukan ketika memasuki masa awal-awal kuliah.
Kami tinggal berenam di rumah kontrakan ini. Aku dan tiga temanku, Lamsa, Lili dan Evi, memang sudah sahabat lama. Kami berteman semenjak masih duduk di bangku SMA. Sedangkan satu orang yang lain, Siti, adalah teman kuliahku satu angkatan dan satunya lagi, Nur, teman kuliah dari Lili. Nur dan Siti sebenarnya kami ajak tinggal di kontrakan ini hanya untuk memenuhi kuota dan memperingan biaya urunan kontrakan. Lumayan, kami mengontrak rumah mungil dengan tiga kamar ini empat juta pertahunnya. Kami sudah terhitung satu tahun lewat delapan bulan tinggal di rumah ini.
Pertama kali memang hubungan antara kami berempat dengan Siti dan Nur kurang begitu dekat. Namun seiring berjalannya waktu, mereka berdua pun akhirnya bisa dekat dengan kami berempat. Semenjak itulah, kami berenam suka berbagi cerita. Kami berenam kebetulan sama-sama kuliah di UNIMED Aku dan Siti kebetulan kuliah di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas FBS. Lili dan Nur kuliah di Jurusan Biologi, Fakultas FMIPA. Sedangkan Lamsa kuliah di FIS dan Evi kuliah di FIK.
Tadi malam sebenarnya kejadian tersebut berlangsung mengalir. Berawal dari aku dan Siti nonton bareng pertandingan sepakbola Liga Inggris antara Chelsea lawan Manchester United. Kebetulan aku penggemar berat Chelsea, sedangkan Siti penggemar berat Manchester United. Agar suasana nonton jadi lebih seru, kami bertaruh kecil-kecilan. Yang menang dapat jatah dipijat oleh yang kalah. Seusai nonton, kami berdua memasak mie, yang ternyata diikuti oleh yang lainnya, kecuali oleh Nur. Memang selama beberapa hari ini, Nur terlihat murung dan suka menyendiri.
Beberapa kali kami secara bergantian bertanya, namun tak satupun jawaban kami dapat. Acara makan mie bersama akhirnya berlanjut menjadi acara curhat bersama. Mulai dari praktikum yang gagal, dosen yang galak, makanan di kantin kampus yang semakin hari semakin mahal, sampai kisah cinta Siti yang selalu kandas sebelum sempat “proklamasi”. Selama kami curhat, Nur memilih untuk tiduran di kamarnya. Tak bergabung dengan kami. Sampai akhirnya, Lili yang sekamar dengan Nur, lebih memilih tidur di karpet ruang tengah. Sesuai kesepakatan tadi malam, hari ini kami berencana untuk jalan-jalan bersama ke pantai. Meskipun hari minggu, kami kesulitan untuk bisa menghabiskan hari bersama seperti ini. Kami berenam, memang punya aktifitas lain di luar kuliah. Aku, Nur, Lili dan Evi memilih untuk aktif di lembaga intra kampus. Sedangkan Siti dan Lamsa memilih aktif di lembaga ekstra kampus. Rencana dadakan jalan-jalan ke pantai hari ini saja, membuat kami harus menunda agenda masing-masing.
Hari ini saja, aku sudah berjanji dengan teman-teman kampus untuk memperbaiki majalah dinding. Tak apalah, sekali-kali kita perlu untuk sekedar menyenangkan diri sendiri. Akhirnya pada pukul sepuluh kurang lima menit, kami berangkat menuju pantai Putra Deli. Pantai Putra Deli terletak di sebelah barat Pantai Gudang Garam. Di Pantai Putra Deli juga terdapat Tempat Pelelangan Ikan. Sempat kami mengajak Nur ikut serta, tetapi ia enggan untuk ikut. Nur lebih memilih tinggal di kontrakan. “Biar saya di sini saja, jaga kontrakan. Khawatir kalau ada apa-apa”, jawabnya. Dengan tiga motor kami berangkat bersama-sama. Memang, keluarga Nur termasuk keluarga kurang mampu. Nur bisa kuliah di UNIMED juga karena beasiswa. Uang kirimannya sangat terbatas, bahkan untuk makan sehari-hari saja kurang. Membeli buku adalah sesuatu yang sangat istimewa baginya. Untunglah, Siti yang orang tuanya relatif berada, mempunyai sepeda onthel yang jarang ia pakai. Sepeda tersebut akhirnya ia berikan pada Nur, karena Siti sendiri juga membawa motor. Bagi Nur, sepeda sudah lebih dari cukup.
Dengan mempunyai sepeda, ia tak perlu mengeluarkan biaya transport ke kampus. Semenjak mengetahui kondisi keluarganya, kami tak pernah lagi meminta Nur untuk ikut urunan biaya listrik dan air bulanan. Sekitar pukul setengah dua belas, kami sampai di Pantai Putra Deli. Hari ini sangat cerah. Kami memutuskan untuk duduk-duduk terlebih dahulu di sisi barat pantai. Kurang lebih selama satu jam kami bermain-main layaknya anak kecil. Bodoh amat dengan komentar orang, yang penting hari ini memang kami gunakan untuk bersenang-senang. Setelah kelelahan, kami memilih untuk memesan makanan di salah satu warung. Sembari makan, kami membicarakan tentang apa yang terjadi tentang Nur. Jujur saja, aku sendiri merasa risih dan kurang nyaman dengan sikap Nur akhir-akhir ini. Ternyata apa yang kurasakan tak jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh teman-teman yang lain.
“Beberapa hari yang lalu, sebelum tidur, aku pernah coba tanya pada Nur. Kamu kenapa? Kok kelihatannya murung dan agak pucat?”, ucap Lili. “Dia hanya menjawab. Nggak papa kok. Paling-paling cuma maag-ku lagi kumat. Sudahlah gak usah dipikirin. Ntar paling sembuh-sembuh sendiri. Udah ah, aku ngantuk banget.”, lanjut Lili. “Aku juga pernah tanya. Tapi yang gitu itu. Dia nggak ngomong apa-apa. Ditanya baik-baik, eh … dia malah mlengos. Kalau bukan temen sendiri udah aku damprat.”, tambah Siti. “Kelihatannya dia punya masalah. Tapi nggak mau ngomong ke kita. Mungkin dia minder atau sudah merasa nggak enak ssama kita. Kan semenjak kita tahu kondisi keuangannya, kita nggak pernah minta ke dia uang urunan listrik dan air.”, komentar Lamsa. “Ya nggak bisa gitu, dong. Temen, ya temen. Kita kan sudah seperti keluarga sendiri. Kalau ada masalah, ya ngomong. Siapa tahu kita bisa bantu. Kayak sama orang lain saja.”, keluh Evi. “Aku dulu pas waktu nabrak Udin, kan juga ngomong sama kalian.
Akhirnya kita urunan untuk biaya rumah sakit Udin.”, tambah Evi. “Iya. Tapi kamu untung, kita-kita yang buntung. Kamu yang nabrak orang, kita yang ikutan kena getahnya. Udah gitu, yang ditabrak malah kamu jadiin pacar. Mrongos kita…”, timpal Lili. Kami pun tertawa. Memang pernah pada suatu ketika. Evi menabrak seorang pria yang sedang menyeberang. Walau pelan, namun tak ayal membuat pria tersebut tangannya patah. Karena waktu itu dalam kondisi mendesak, kami akhirnya memutuskan untuk urunan menutupi biaya operasi pria tersebut. Sampai-sampai pada waktu itu Nur merelakan sebagian besar uang jatah bulanan dari beasiswanya.
Memang pria yang ditabrak Evi wajahnya cukup ganteng bagi kebanyakan orang. Dengan alasan agar terlihat bertanggung jawab, Evi sering menengok pria yang ditabraknya itu. Pria itu ternyata karyawan baru FMIPA dan bernama Udin. Karena sering bertemu, lama kelamaan mereka berdua pun jadian. Kata orang, itu sengsara membawa nikmat. Pembicaraan kami mengenai Nur pun berlanjut. Sampai akhirnya kami sepakat, malam nanti kami akan menyIsdangnya. Terlihat kasar memang, namun apa boleh buat. Hanya itulah alternatif penyelesaian yang tersisa. Tak lupa pula, lima kilogram ikan segar kami bawa sebagai oleh-oleh.
Tentu bukan untuk untuk Udin, tetapi untuk Bu Isda, tetangga depan kami sekaligus pemilik rumah yang kami kontrak. Yang selama ini sudah kami anggap seperti ibu sendiri. Bu Isda memang jago masak. Balado ikannya memang dahsyat. Tak terasa satu piring nasi sudah memenuhi perutku. Teman-teman yang lain juga sampai kekenyangan. Tinggal Nur saja yang belum mencicipi balado ikan Bu Isda. Bu Isda hanya senyam-senyum saja melihat kelakuan kami. Kebetulan waktu itu, Bu Isda mengajak kami makan di rumahnya. Beliau juga sempat menanyakan, mengapa Nur nggak ikut makan di tempatnya. Seusai ngobrol sejenak, kami pun kembali ke kontrakan.
Kelihatannya ini adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan rencana kami tadi siang. Memang pertama kali Nur terlihat malas sekali, namun karena kami memaksa akhirnya ia mau juga. “Ma, kita ini berteman walau nggak begitu lama, tapi juga nggak bisa dihitung sebentar. Kita ini sudah seperti keluarga. Masalah satu orang, juga merupakan masalah bagi yang lain. Kita ini saling bantu. Jujur, kami merasa risih dan nggak nyaman dengan sikapmu akhir-akhir ini. Walau kamu masih tetap menjalankan tugas piket harian, tapi bukan hanya itu yang kami minta. Dengan sikpamu selama ini kami merasa semakin nggak nyaman tinggal di sini. Kayak ada orang lain saja yang tinggal di sini. Selama beberapa hari ini, kalau kamu pergi juga nggak pernah bilang kemana, pulang jam berapa. Pulang-pulang juga begitu, masukin sepeda, trus langsung ke kamar, baca buku, nggak keluar-keluar seharian.
Keesokan harinya juga begitu, sepulang dari loper koran, mandi, trus plas… ilang entah kemana. Kayak nggak ada orang lain aja di sini.”, buka Evi. “Sebenarnya kamu ini kenapa? Ada masalah? Ngomong aja. Siapa tahu kita bisa bantu.”, tambah Lamsa. Suasana berubah menjadi hening sejenak, Nur hanya bisa terdiam dan tertunduk lesu. Air mata terlihat mulai meleleh di pipinya. Dengan terbata ia menjawab, “Jujur, aku beberapa hari ini instropeksi diri. Aku merasa nggak enak dengan kalian. Selama ini aku nggak pernah ikut urunan bayar listrik dan air. Mungkin bagi kalian nggak papa, tapi aku merasa nggak enak. Trus kemudian beberapa hari yang lalu aku dapat kabar dari rumah.
Tahun depan kelihatannya aku nggak bisa bayar kontrakan, karena nggak ada jatah dari orang tuaku. Uang jatah kontrakanku akan dipakai untuk biaya adikku yang mau masuk SMA. Aku bingung harus cari uang darimana untuk bayar uang kontrakan. Uang kiriman ditambah honor loper koran ditambah dengan jatah bulanan dari beasiswaku juga habis untuk makan sehari-hari. Sedangkan honor dari ngirim tulisan ke koran juga nggak tentu. Jujur, aku jadi bingung.” “Ma, kami semua tahu bagaimana kondisi ekonomi keluargamu. Kami sudah maklum dengan itu. Kalau memang kamu nggak bisa urunan lagi untuk bayar kontrakan tahun depan, ya sudah, nggak papa.
Santai aja. Kita-kita nggak keberatan kalau harus menutupi bagianmu. Untuk tahun depan, kamu nggak bisa urunan nggak papa. Kamu tetap tinggal di sini. Ntar bagianmu biar aku yang tanggung.”, timpal Siti. “Jujur, Van. Aku makin nggak enak sama kamu. Sepeda yang aku pakai sehari-hari itu juga punyamu. Trus ini ditambah kamu bayarin jatah kontrakanku. Itu uang orang tuamu, bukan uangmu.”, elak Nur. “Ma, uang itu cuman titipan dari Tuhan. Bukan orang tuaku atau aku yang punya. Kamu nggak usah merasa nggak enak begitu. Toh semenjak tinggal serumah dengan kamu aku juga banyak belajar dari kamu. Bagaimana caranya bisa hidup prihatin dan hidup hemat. Jujur saja, mungkin kalau nggak kenal kamu, mungkin tabunganku nggak akan pernah sebesar seperti sekarang ini.
Dulu sewaktu aku SMA, aku boros banget. Sehari aku bisa menghabiskan seratus ribu hanya untuk nongkrong nggak jelas ngapain dengan teman-temanku. Sekarang uang segitu bisa aku buat hidup selama tiga-empat hari. Itu juga karena kamu yang ngajari aku. Mana yang benar-benar kebutuhan, mana yang hanya sekedar keinginan, bagaimana menentukan skala prioritas. Apa yang aku pelajari dari kamu itu, kalau diuangkan nggak bakalan bisa keitung. Toh uang kiriman dari ortuku juga berlebih.”, jawab Siti. Pembicaraan kamipun mengalir, terlihat Nur sudah mulai semakin tenang. Nur yang ceria sudah mulai terlihat kembali.
Bersahabat bukanlah bisnis, yang bisa dihitung secara matematis, apakah kita untung atau rugi. Persahabatan takkan pernah bisa dihitung dengan uang. Bersahabat adalah hubungan antar manusia yang paling tulus, tanpa pamrih. Dengan sahabatlah kita berbagi suka dan duka, dari sahabatlah kita belajar tentang kehidupan. Malam itu kami berenam melaluinya dengan nonton bareng pertandingan sepakbola antara Arsenal melawan Tottenham Hotspur, the derby of North London. Untuk kali ini gantian Lamsa dengan Evi yang bertaruh. Lamsa menjagokan Arsenal sedangkan Evi merupakan penggemar berat Tottenham. Untuk kali ini, yang kalah bakalan dapat tugas masak untuk sarapan kita besok pagi. Itulah lika-liku kehidupanku di kontrakan.

suku nias

Masyarakat dan Kebudayaan "Suku Nias" di Pulau Nias

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).


1) Sejarah Kebudayaan Suku Nias
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

2) Mitologi
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.
3) Penelitian Arkeologi
Penelitian Arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif, Sabtu 25 November 2006 dan di Kompas, Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik Humaniora menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.

4) Marga Nias
Suku Nias menerapkan sistem marga mengikuti garis ayah (patrilineal). Marga-marga umumnya berasal dari kampung-kampung pemukiman yang ada.

5) Makana dan Minuman Khas Nias
a) Makanan Khas
• Gowi Nihandro (Gowi Nitutu ; Ubi tumbuk)
• Harinake (daging Babi cincang dengan cacahan yang tipis dan kecil-kecil)
• Godo-godo (ubi / singkong yang diparut, dibentuk bulat-bulat kemudian direbus setelah matang di taburi dengan kelapa yang sudah di parut)
• köfö-köfö(daging ikan yang dihancurkan, dibentuk bulat dan dijemur/dikeringkan/diasap)
• Ni'owuru (daging babi yang sengaja diasinkan agar bisa bertahan lama)
• raki gae (pisang goreng)
• tamboyo (ketupat)
• loma (beras ketan yang dimasak dengan menggunakan buku bambu)

2. Minuman Khas
• Tuo Nifarö (minuman yang berasal dari air sadapan pohon nira (dalam bahasa Nias "Pohon Nira" = "töla nakhe") yang telah diolah dengan cara penyulingan)
• Tuo mbanua (minuman tuak mentah yang berasal dari air sadapan pohon kelapa)
6) Budaya Nias
• Lompat Batu


• Tari Perang


• Maena
• Tari Moyo
• Tari Mogaele
• Sapaan Yaahowu
• Fame ono niahalo (pernikahan)
• Omohada (rumah adat)
• Fame'e toi nono nihalo(pemberian nama bagi perempuan yang sudah menikha)
Dalam budaya Ono Niha terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup bersama yang termakna dalam salam “Ya’ahowu” (dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia “semoga diberkati”). Dari arti Ya’ahowu tersebut terkandung makna: memperhatikan kebahagiaan orang lain dan diharapkan diberkati oleh Yang Lebih Kuasa. Dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan sikap-sikap: perhatian, tanggungjawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Jika seseorang bersikap demikian, berarti orang tersebut memperhatikan perkembangan dan kebahagiaan orang lain : tidak hanya menonton, tanggap, dan bertanggungjawab akan kebutuhan orang lain (yang diucapkan : Selamat – Ya’ahowu), termasuk yang tidak terungkap, serta menghormatinya sebagai sesama manusia sebagaimana adanya. Jadi makna yang terkandung dalam “Ya’ahowu” tidak lain adalah persaudaraan (dalam damai) yang sungguh dibutuhkan sebagai wahana kebersamaan dalam pembangunan untuk pengembangan hidup bersama.

7) Pakaian Adat Suku Nias



Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Õröba Si’öli untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih. Adapun filosofi dari warna itu sendiri antara lain:
• Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Ni’obakola) dan pola bunga kapas (Ni’obowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran.
• Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo/ ni’ogöna) sering dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para prajurit.
• Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.
• Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere) menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian.

Pendapat Saya :
Pulau nias sebagai pulau utama dengan luas sekitar 5.500 kilometer persegi, menyimpan sejumlah misteri dan keunikan, mulai dari kehidupan sehari-hari didesa tradisional, suasana budaya (cultural landscape) hingga peninggalan megalitik dan arsitektur yang mengagumkan.
Masyarakat nias secara turun temurun menyebut diri sebagai one niba (orang nias) secara harafiah berarti anak manusia yang diyakini oleh sebagian ahli antropologi dan arkeologi sebagai salah satu puak-puak (suku) berbahasa Austronesia—salah satu leluhur nusantara yang datang paling awal dari suatu tempat di daratan asia.
Berdasarkan sejumlah bukti peradaban tertua, orang nias dihubungkan dengan perkembangan tradisi megalitik (batu besar) yang hingga saat ini masih terlihat keberadaannya. Tinggalan-tinggalan para leluhur seperti rumah adat, tradisi lompat batu, dan tari perang telah menjadi ikon peristiwa yang luluh lantak. Terlebih lagi setelah tertimpa dua bencana : gelombang tsunami pada 2004 dan gempa bumi pada 2005. untuk mengembalikan kejayaan seperti sedia kala, sejumlah pihak telah berupaya membangun kembali nias dengan berbasiskan nilai-nilai budaya yang kini terancam lenyap.
Desa-desa tradisional di pulau nias, yang masih menyimpan sejumlah tinggalan budaya dan para penutur sejarah, dapat menjadi pilihan wisata yang menarik bagi para tetamu yang datang dari jauh. Harapannya, selain menjalankan roda perekonomian Pulau Nias, kegiatan ini mampu mengembalikan kecintaan pada nilai-nilai tradisi yang diwariskan oleh para leluhur.

Minggu, 25 September 2011

artikel

Orientasi Hidup (Kehidupan Mahasiswa Saat Ini)
Nila Sari Hutasuhut

Abstrak
Bagaimanakah yang disebut hidup tanpa orientasi? Adakah memang kondisi yang demikian? Membiarkan hidup berlalu apa adanya. “Let it flow ajalah”, demikian kata beberapa orang. Ikut arus saja. Menikmati arah gerak angin kehidupan. Mencukupkan diri pada gerak gravitasi bumi, pergantian siang dan malam, menjalani hari-hari secara fun, menikmati tiap sisi duniawi tanpa perlu dipusingkan oleh kejadian-kejadian sekitar yang berpotensi mengusik kemapanan kondisi nyaman yang ditawarkan alam. Jika demikian, bagaimana dengan kehidupan mahasiswa saat ini. Apakah mahasiswa juga membiarkan hidupnya berlalu begitu saja.
Kata kunci: Mahasiswa, Orientasi Hidup

Pendahuluan
Miris sekali ketika menyaksikan banyak diantara mahasiswa yang belum memiliki orientasi hidup. Hidup dijalankan dengan seadanya dan apa adanya saja. Mengikuti arus air yang mengalir tapi tidak tahu akan bermuara dimanakah air tersebut? Ya. Aku ingin berbicara terkait itu semua.
Inilah yang terjadi dalam kehidupan mahasiswa yang menjalani proses perjalanan kehidupannya di dunia. Banyak mahasiswa yang tidak mengetahui kemana tujuan yang hakiki dari akhir perjalanan hidupnya, kemudian tidak sedikit pula yang juga tidak mengetahui jalan mana yang harus ditempuh agar selamat sampai ke tujuan. Selain itu juga, mahasiswa tidak tahu aturan-aturan yang harus digunakan dalam menempuh jalan tersebut, atau katakanlah mahasiswa tahu bahwa ada peraturan yang dapat mengantarkannya ke jalan keselamatan, tetapi mahasiswa tersebut tidak dapat memahami bagaimana menggunakan peraturan itu dengan benar. Padahal, hakikat dari setiap perjalanan mahasiswa dalam perkulianhan adalah menambah wawasan dan pengetahuan

Pembahasan
Orientasi adalah arah, pandangan. Orientasi Hidup adalah arah atau pandangan kemana dan apa tujuan kehidupan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (versi online) menyatakan : (1) peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar; (2) pandangan yg mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.
Dalam perjalanan kehidupan mahasiswa termasuk saya, tujuan atau orientasi hidup merupakan satu hal yang sangat penting. Pernahkah mahasiswa bertanya pada diri sendiri apa tujuan hidup kita? Hendak kemanakah setelah kehidupan dunia ini berakhir?, lalu apa yang sudah dipersiapkan dalam menyambut kehidupan tersebut?, atau apa bekal untuk kehidupan selanjutnya?, cara apa yang sudah dilakukan dalam menempuh perjalanan tersebut?, petunjuk dan aturan apa yang digunakan dalam menempuh jalan tersebut?.
Tujuan akhir dari setiap mahasiswa adalah untuk mendapatkan ilmu yang dapat diaplikasikan kepada masyarakat, tetapi ada sebagian mahasiswa yang hanya ingin mengejar nilai yang artinya dia hanya belajar saat ujian tiba. Ada juga yang hanya mementingkan penampilannya saja. padahal kita sudah sama-sama mengetahui bahwa pendiknas hanya mengharapkan mahasiswa yang benar-benar mempunyai pengetahuan yang luas, dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.
Masa kuliah merupakan masa yang paling indah bagi mahasiswa, jika mahasiswa yang menjalaninya dengan sabar dan tetap tawakkal, dan tidak pernah menganggap tugas-tugas kuliah sebagai beban dalam hidupnya. Jangan sampai masa kuliah yang sementara ini berakhir begitu saja tanpa ada tujuan yang dicapai. Sebagai seorang mahasiswa akan merasa hidupnya sia-sia jika masa kuliah dianggap sebagai beban yang sangat berat dalam hidupnya.
Padahal, hakikat dari setiap perjalanan mahasiswa dalam perkuliahan ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan. Dan juga menjadikan mahasiswa lebih mandiri, dewasa, sehingga dia dapat menetukan tujuan dari hidupnya sendiri. Tetapi jika ditanya apakah mahasiswa tersebut sudah mengetahui apa orientasi hidupnya (tujuan hidupnya), lebih dari 50% yang menjawab tidak tahu atau pun bingun. Hal ini disebabkan karena ketidak seriusannya dalam belajar ataupun yang diminati sebelumnya adalah masuk di fakultas lain.
Jika mahasiswa kehilangan orientasi pada masa kuliah, baik secara individual maupun sosial, maka akan terjadi ketimpangan dalam kehidupannya. Mungkin ada di antara kita yang diciptakan dengan penuh keberhasilan secara materi, dikaruniai jabatan tinggi, karier yang selalu sukses, tapi jangan lupa, untuk apa semua karunia yang kita miliki itu?.
Oleh karena itu sepintar-pintar mahasiswa tidak akan berguna jika dia hanya mementingkan diri sendiri, atau tidak mengaplikasikannya kepada masyarakat ilmu yang dipeloreh tersebut tidak akan berkembang.
Penutup
Masa kuliah merupakan masa yang paling indah bagi mahasiswa, jika mahasiswa yang menjalaninya dengan sabar dan tetap tawakkal, dan tidak pernah menganggap tugas-tugas kuliah sebagai beban dalam hidupnya. Jangan sampai masa kuliah yang sementara ini berakhir begitu saja tanpa ada tujuan yang dicapai. Sebagai seorang mahasiswa akan merasa hidupnya sia-sia jika masa kuliah dianggap sebagai beban yang sangat berat dalam hidupnya.
Tujuan akhir dari setiap mahasiswa adalah untuk mendapatkan ilmu yang dapat diaplikasikan kepada masyarakat, tetapi ada sebagian mahasiswa yang hanya ingin mengejar nilai yang artinya dia hanya belajar saat ujian tiba. Ada juga yang hanya mementingkan penampilannya saja. padahal kita sudah sama-sama mengetahui bahwa pendiknas hanya mengharapkan mahasiswa yang benar-benar mempunyai pengetahuan yang luas, dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.

Daftar Pustaka
http://taufiq.blog.unair.ac.id/2008/06/14/orientasi-yang-benar-dalam-hidup/
http://www.sabdaspace.com/kemana_tujuan_hidup_mu
http://risalahperjalanan.wordpress.com/2009/08/27/orientasi-hidup/
http://deasukata.blogspot.com/2011/02/orientasi-hidup.html
http://www.radarbanten.com/newversion/utama/2114-meluruskan-orientasi-hidup.html

Kamis, 02 Juni 2011

Pemerolehan Bahasa Anak Usia 2-4 Tahun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pemerolehan dan penguasaan bahasa anak-anak merupakan satu perkara yang rencam dan cukup menakjubkan bagi para penyelidik dalam bidang psikoliguistik. Bagaimana manusia memperoleh bahasa merupakan satu isu yang amat mengagumkan dan sukar dibuktikan. Berbagai teori dari bidang disiplin yang berbeda telah dikemukakan oleh para pengkaji untuk menerangkan bagaimana proses ini berlaku dalam kalangan anak-anak. Memang diakui bahwa disadari ataupun tidak, sistem-sistem linguistik dikuasai dengan pantas oleh individu anak-anak walaupun umumnya tiada pengajaran formal.

“…learning a first language is something every child does successfully, in a matter of a few years and without the need for formal lessons.” (Language Acquisition: On-line).

Walaupun rangsangan bahasa yang diterima oleh anak-anak tidak teratur. Namun mereka berupaya memahami sistem-sistem linguistik bahasa pertama sebelum menjangkau usia lima tahun. Fenomena yang kelihatan menakjubkan ini telah berlaku dan terus berlaku dalam kalangan semua masyarakat dan budaya pada setiap masa. Mengikut penyelidik secara empirikal, terdapat dua teori utama yang membincangkan bagaimana manusia memperoleh bahasa. Teori pertama mempertahankan bahwa bahasa diperoleh manusia secara alamiah atau dinuranikan. Teori ini juga dikenali sebagai Hipotesis Nurani dalam linguistik. Teori yang kedua mempertahankan bahwa bahasa diperoleh manusia secara dipelajari.


Kajian saintifik dalam bidang pemerolehan bahasa telah dimulakan sejak kurun ke-16 lagi (Zulkifly, 1990:326-331). Kajian ini dimulakan oleh Tiedeman, seorang ahli biologi berbangsa Jerman pada tahun 1787. Charles Darwin, pengazas teori evolusi turut menjalankan kajian dalam bidang pemerolehan bahasa pada tahun 1877. Kajian-kajian yang seterusnya telah dilakukan oleh Preyer pada tahun 1882 dan kajian Sally pada tahun 1885.

Pemerolehan bahasa merupakan satu proses perkembangan bahasa manusia. Lazimnya pemerolehan bahasa pertama dikaitkan dengan perkembangan bahasa anak-anak manakala pemerolehan bahasa kedua bertumpu kepada perkembangan bahasa orang dewasa (Language Acquisition: On-line).

Perkembangan bahasa anak-anak pula bermaksud pemerolehan bahasa ibu anak-anak berkenaan. Namun terdapat juga pandangan lain yang mengatakan bahwa terdapat dua proses yang terlibat dalam pemerolehan bahasa dalam kalangan anak-anak yaitu pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa. Dua faktor utama yang sering dikaitkan dengan pemerolehan bahasa ialah faktor nurture dan faktor nature. Namun para pengkaji bahasa dan linguistik tidak menolak kepentingan tentang pengaruh faktor-faktor seperti biologi dan sekitarnya.

Kajian-kajian telah dijalankan untuk melihat sama ada manusia memang sudah dilengkapi dengan alat biologi untuk kebolehan berbahasa seperti yang dikatakan oleh ahli linguistik Noam Chomsky dan Lenneberg ataupun kebolehan berbahasa ialah hasil dari pada kebolehan kognisi umum dan interaksi manusia dengan sekitarannya. Mengikut Piaget, semua anak-anak sejak lahir telah dilengkapi dengan alat nurani yang berbentuk mekanikal umum untuk semua kebolehan manusia termasuklah kebolehan berbahasa. Alat mekanisme kognitif yang bersifat umum digunakan untuk menguasai segala-galanya termasuk bahasa. Bagi Chomsky dan Miller pula, alat yang khusus ini dikenali sebagai Language Acquisition Device (LAD) yang fungsinya sama seperti yang pernah dikemukakan oleh Lenneberg yang dikenali sebagai “Innate Prospensity for Language”.

Bayi-bayi yang baru lahir sudah mulai mengecam bunyi-bunyi yang terdapat di sekitarnya. Mengikut Brookes (dlm. Abdullah Yusoff dan Che Rabiah Mohamed, 1995:456), kelahiran atau pemerolehan bahasa dalam bentuk yang paling sederhana bagi setiap bayi bermula pada waktu bayi itu berumur lebih kurang 18 bulan dan mencapai bentuk yang hampir sempurna ketika berumur lebih kurang empat tahun. Bagi Mangantar Simanjuntak (1982), pemerolehan bahasa bermaksud penguasaan bahasa oleh seseorang secara tidak langsung dan dikatakan aktif berlaku dalam kalangan kanak-kanak dalam lingkungan umur 2-6 tahun. Hal ini tidak bermakna orang dewasa tidak memperoleh bahasa tetapi kadarnya tidak sehebat anak-anak.

Pemerolehan bahasa dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari secara langsung yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk mempelajarinya, sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh ahli masyarakat di sekitarnya. Beliau seterusnya menegaskan bahwa kajian tentang pemerolehan bahasa sangat penting terutamanya dalam bidang pengajaran bahasa. Pengetahuan yang cukup tentang proses dan hakikat pemerolehan bahasa boleh membantu bahkan menentukan kejayaan dalam bidang pengajaran bahasa.

1.2 Rumusan Masalah
Sampel kajian yang pertama ialah seorang anak laki-laki yang bertutur dalam bahasa Indonesia. Bahasa tersebut merupakan bahasa ibu anak itu. Anak tersebut tinggal bersama-sama dengan ayah dan ibunya sendiri, tetapi kalau siang diasuh ibunya saja, karena ditinggal kerja oleh ayahnya. Anak tersebut dilahirkan pada 12 Desember 2009. Anak tersebut berumur dua tahun lima bulan. Nama lengkap anak tersebut ialah Audi Firmansyah M Siregar.

Sampel kajian yang kedua ialah seorang anak laki-laki juga yang bertuturan dalam bahasa Indonesia. Bahasa tersebut merupakan bahasa ibu si anak tersebut. Anak ini tinggal bersama keluarganya sendiri, tetapi anak ini sering berinteraksi atau bermain di lingkungan sekitarnya. Anak tersebut dilahirkan pada tanggal 26 Desember 2008. Anak tersebut berumur tiga tahun lima bulan. Nama lengkap anak tersebut ialah Andika Pratama.

Sample kajian yang ketiga ialah seorang anak perempuan yang bertuturan dalam bahasa Indonesia. Bahasa tersebut merupakan bahasa ibu anak tersebut. Anak ini tinggal bersama ayah dan ibunya sendiri, tetapi kalau siang hari dia di asuh oleh neneknya karena ditinggal kerja oleh ayah dan ibunya. Anak tersebut dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 2008. Anak tersebut berumur tiga tahun tuju bulan. Dan nama lengkap anak tersebut ialah Meliza Yuspi.
Pendekatan interaksi yang digunakan dalam kajian ini memandangkan subjek kajian yang dipilih selalu berpeluang berinteraksi dengan anggota keluarganya. Bentuk interaksi observasi ini terdiri daripada interaksi yang tidak dirancang. Sebagai langkah untuk menjamin data kajian yang lebih autentik, latar yang tidak dirancang digunakan. Analisis pertuturan Audi dilakukan dalam berbagai situasi dan keadaan dalam lingkungan keluarganya sendiri. Pengalaman Audi juga digunakan dan dianggap sebagai alat kajian ini. Transkripsi pertuturan subjek kajian ini dibuat dalam bentuk dan sistem ejaan fonemik.
Sehingga berdasarkan latar belakang dalam subek kajian “Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun Dalam Lingkungan Keluarga” dapat peneliti rumuskan yaitu Bagaimana ujaran setiap giliran tutur yang digunakan anak usia tiga tahun dalam bertutur?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dilakukan oleh peneliti adalah untuk dapat mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa anak usia tiga tahun, dan mendapatkan gambaran mengenai bagaiman ujaran setiap giliran tutur yang digunakan anak usia tiga tahun dalam bertutur.


BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pemerolehan Bahasa
2.1.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) anak terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.
Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual, yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
Penelitian mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318).
1. Anak tidak belajar bahasa dengan cara menyimpan semua kata dan kalimat dalam sebuah kamus mental raksasa. Daftar kata-kata itu terbatas, tetapi tidak ada kamus yang bisa mencakup semua kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
2. Anak-anak dapat belajar menyusun kalimat, kebanyakan berupa kalimat yang belum pernah mereka hasilkan sebelumnya.
3. Anak-anak belajar memahami kalimat yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Mereka tidak dapat melakukannya dengan menyesuaikan tuturan yang didengar dengan beberapa kalimat yang ada dalam pikiran mereka.
Anak-anak selanjutnya harus menyusun "aturan" yang membuat mereka dapat menggunakan bahasa secara kreatif. Tidak ada yang mengajarkan aturan ini. Orang tua tidak lebih menyadari aturan fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantik daripada

anak-anak. Selain memperoleh aturan tata bahasa (memperoleh kompetensi linguistik), anak-anak juga belajar pragmatik, yaitu penggunaan bahasa secara sosial dengan tepat, atau disebut para ahli dengan kemampuan komunikatif. Aturan-aturan ini termasuk mengucap salam, kata-kata tabu, bentuk panggilan yang sopan, dan berbagai ragam yang sesuai untuk situasi yang berbeda. Ini dikarenakan sejak dilahirkan, manusia terlibat dalam dunia sosial sehingga ia harus berhubungan dengan manusia lainnya. Ini artinya manusia harus menguasai norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sebagian dari norma ini tertanam dalam bahasa sehingga kompetensi seseorang tidak terbatas pada apa yang disebut pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use) (Dardjowidjojo, 2000:275).
Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat.

2.1.2 Masa Waktu dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa
Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.
Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara orang tua (khususnya ibu) dengan anak. Pada masa perkembangan pralinguistik anak mengembangkan konsep dirinya. la berusaha membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek dan tindakan pada tahap satu kata.

Anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama benda-benda dan orang yang ia jumpai. Kata-kata yang pertama diperolehnya tahap ini lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan pemerian.
Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya. Jumlah morfem rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya. Ada lima tahapan pemerolehan bahasa pertama. Setiap tahap dibatasi oleh panjang ucapan rata-rata tadi. Untuk setiap tahap ada Loncatan Atas (LA).
Walaupun perkembangan bahasa setiap anak sangat unik, namun ada persamaan umum pada anak-anak, ada persesuaian satu sama lain semua mencakup eksistensi, non eksistensi, rekurensi, atribut objek dan asosiasi objek dengan orang. Pada masa tahap 2 ada tiga sarana ekspresif yang dipakai oleh anak-anak, yang dapat membuat kalimat-kalimat mereka menjadi lebih panjang yaitu kemunculan morfem-morfem gramatikal secara inklusif dalam ujaran anak, pengertian atau penyambungan bersama-sama hubungan dua hal tersebut, dan perluasan istilah dalam suatu hubungan/relasi.
Perkembangan pemerolehan bunyi anak-anak bergerak dari membuat bunyi menuju ke arah membuat pengertian. Periode pembuatan pembedaan atas dua bunyi dapat dikenali selama tahun pertama yaitu (1) periode vokalisasi dan prameraban serta (2) periode meraban. Anak lazimnya membuat pembedaan bunyi perseptual yang penting selama periode ini, misalnya membedakan antara bunyi suara insani dan noninsani antara bunyi yang berekspresi marah dengan yang bersikap bersahabat, antara suara anak-anak dengan orang dewasa, dan antara intonasi yang beragam. Anak-anak mengenali makna-makna berdasarkan persepsi mereka sendiri terhadap bunyi kata-kata yang didengarnya. Anak-anak menukar atau mengganti ucapan mereka sendiri dari waktu ke waktu menuju ucapan orang dewasa, dan apabila anak-anak mulai menghasilkan segmen bunyi tertentu, hal itu yang akan jadi pembendaharaan mereka.

Perkembangan ujaran kombinatori anak-anak dapat dibagi dalam empat bagian yaitu perkembangan negatif/penyangkalan, perkembangan interogratif/pertanyaan, perkembangan penggabungan kalimat, dan perkembangan sistem bunyi. Ada tiga tipe struktur interogatif yang utama untuk mengemukakan persyaratan, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban ya atau tidak, pertanyaan yang menuntut informasi, dan pertanyaan yang menuntut jawaban salah satu dari yang berlawanan (polar). Penggabungan beberapa proposisi menjadi sebuah kalimat tunggal memerlukan rentangan masa selama beberapa tahun dalam perkembangan bahasa anak-anak.
2.2 Pemerolehan Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana.
Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Di dalam bukunya How to Do Things with Words, Austin (1962:1-11) membedakan tuturan yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia.
Sedangkan tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar, tetapi sahih atau tidak. Berkenaan dengan tuturan, Austin membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan,dsb. (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.
Pencetus teori tindak tutur, Searle (1975:59-82) membagi tindak tutur menjadi lima kategori:
1. Representative/asertif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan
2. Direktif/impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu
3. Ekspresif/evaluatif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu.
4. Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya
5. Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru.
Tindak tutur juga dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Penggunaan tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur langsung. Tuturan deklaratif, tuturan interogatif, dan tuturan imperatif secara konvensional dituturkan untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu, dan mernerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian/Sumber Data
Adapun subjek penelitian yang telah diteliti berjumlah 3 orang anak yang usianya berkisar 2-4 tahun. Berikut identitas masing-masing anak tersebut :
A. Indentitas Anak Pertama
1. Identitas Anak
Nama : Audi Firmansyah M Siregar
Tanggal Lahir :12 Desember 2009
Tempat Lahir : Jln. Bersama Gg. Matahari no 5. Medan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : Dua Tahun Lima Bulan
Anak Ke : 1
Alamat : Jln. Bersama Gg. Matahari no 5. Medan

2. Identitas Orang Tua
a. Ayah
Nama : Muharram Siregar
Tanggal lahir : 25 Desember 1977
Tempat lahir : Palopat Maria
Umur : 34 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Bersama Gg. Matahari no 5. Medan

b. Ibu
Nama : Nursyawiyah Siregar
Tanggal lahir : 27 Juli 1989
Tempat lahir : Batu Tunggal
Jenis Kelmin : Perempuan
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Alamat : Jln. Bersama Gg. Matahari no 5. Medan

B. Identitas Anak kedua
1. Identitas Anak
Nama : Andika Pratama
Tanggal Lahir : 26 Desember 2007
Tempat Lahir : Medan
Umur : 3 tahun 5 bulan
Anak Ke : 1
Alamat : Jl. Mesjid gg Pelita, Tembung

2. Identitas Orang Tua
a. Ayah
Nama : Ali Andi
Tanggal lahir : 23 Juli 1981
Tempat lahir : Tembung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : Jl. Mesjid gg Pelita, Tembung
b. Ibu
Nama : Sri Lestari
Tanggal lahir : 9 September 1986
Tempat lahir : Sei Rotan
Janis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Mesjid gg Pelita, Tembung
C. Identitas Anak ketiga

1. Identitas Anak
Nama : Meliza Yuspi.
Tanggal Lahir : 8 Oktober 2008
Tempat Lahir : Medan
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : Tiga tahun enam bulan
Anak Ke : 2
Alamat : Jl. Mesjid gg Pelita, Tembung

2. Identitas Orang Tua
a. Ayah
Nama : Muhammad Iskandar
Tanggal lahir : 20 juli 1980
Tempat lahir : Tembung
Janis Kelamin : Laki-laki
Umur : 31 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Mesjid, Gg Pelita, Tembung

b. Ibu
Nama : Handayani
Tanggal lahir : 30 April 1987
Tempat lahir : Batang Kuis
Umur : 26 Tahun
Janis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Mesjid, Gg Pelita, Tembung


3.2 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang diusulkan oleh Sudaryanto (1993:133-136), yaitu teknik simak libat cakap. Teknik ini berarti peneliti juga berpartisipasi langsung di dalam percakapan yang terjadi. Peneliti juga menggunakan teknik simak bebas libat cakap, di mana ia tidak terlibat dalam percakapan (hanya menyimak saja). Teknik ini dikombinasikan dengan teknik wawancara serta teknik catat. Data dikumpulkan secara natural dengan beberapa tambahan untuk memancing objek penelitian dalam memunculkan suatu ujaran untuk menanggapi sesuatu. Alat yang digunakan adalah pulpen, buku, dan hp. Alat ini digunakan untuk mendokumentasikan percakapan antara anak dan peneliti. Wawancara dilakukan ketika objek penelitian bercakap-cakap dengan satu atau dua orang teman atau dengan orang yang lebih tua. Selain wawancara, peneliti juga menggunakan metode pencatatan untuk mendukung data wawancara. Ketika objek penelitian bercakap-cakap, peneliti mencatat percakapan tersebut. Cara ini dilakukan terutama ketika peneliti sedang tidak terlibat di dalam percakapan tersebut atau ketika mengamati dari jarak yang tidak terlalu dekat.
3.3 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah berupa tuturan langsung objek penelitian dan cacatan tentang percakapan objek penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik interpretasi dengan cara menganalisis data sesuai dengan jenis-jenis tindak tutur yang ditetapkan dalam teori tindak tutur.
Pengumpulan data dilakukan selama 2 (dua) bulan dari bulan Maret 2011 hingga Mei 2011. Dan pelaksanaannya dilakukan di rumah ketiga anak tersebut. Penelitian ini telah peneliti lakukan sebanyak 8 kali observasi dengan situasi informal. Namun, tidak ada jadwal khusus untuk melakukan pengumpulan data.


a) Anak Pertama (Audi Firmansyah M Siregar)
Konteks : Memberikan anak mainan
Peneliti : Dari mana dek?
Audi : Hmmm (Dengan menunjukkan suatu tempat permainan)
Peneliti : Maen sama kakak yok?
Audi : Akh, ngantuk…
Peneliti : Kakak ada mainan lo!
Audi : analah.. (Manalah).
Peneliti : Ini sama kakak, sinilah biar kakak kasih…

b) Anak Kedua (Andika Pratama)
Konteks : Menanyakan ayah si anak
Peneliti : Tama, ayah kemana?
Andika : Kerja
Peneliti : Kerjanya dimana?
Andika : jauh…..
Peneliti : Tama, dah makan pa belum?
Andika : udah makan adek…

c) Anak Ketiga (Meliza Yuspi)
Konteks : Membujuk Anak
Peneliti : Cup… cup…. Udah besar kog nangis?
Meliza : Huu….(sambil menangis)
Peneliti : Liza kenapa…?
Meliza : jatuh……(sambil masih menangis)
Peneliti : Ya udah jangan nangis lagi, za kan udah besar, ntar gak cantik lagi lo…
Meliza : mama…….


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Bahasa Anak Pertama
Subjek peneleitian yang pertama adalah Audi Firmansya M Siregar, yang sehari-harinya dipanggil “Audi”. Dia dilahirkan di pada tanggal 12 Desember 2008. Ibunya Nursyawiyah Siregar dan ayahnya Muharram Siregar. Audi tumbuh dalam keluarga yang termasuk kelas menengah yang untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan primer yang lain tercukupi. Disamping mainan seperti mobil-mobilan atau bola dan sebagainya, orang tua Audi juga banyak memberikan gambar-gambar, seperti gambar buah, kendaraan dan sebagainya.

Pengambil giliran (turn taking) merupakan satu strategi yang penting dalam suatu komunikasi khususnya dalam komunikasi dua hal. Dengan adanya strategi ini, suatu tuturan dapat berjalan dengan lancar dan teratur menurut prinsip-prinsip komunikasi. Dalam kajian ini, didapat bahwa ujaran setiap giliran untuk subjek kajian, Audi dengan peneliti. Hal ini mungkin disebabkan observasi yang dilakukan itu lebih merupakan tuturan yang berupa soal jawab antara Audi dengan peneliti. Oleh karena itu, dalam percakapan tersebut, Audi hanya berperan untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh peneliti tadi.
Cuplikan wacana di atas membuktikan bahwa Audi dalam bertutur hanya menjawab pertanyan dengan menggunakan cari telunjuk. Tetapi Jumlah ujaran-ujaran yang diucapkan sangat pendek dan sangat sederhana. Akan tetapi dia belum dapat memahami semua ujaran yang kita sebutkan terhadapnya. Dan untuk meminta sesuatu pun dia tidak berbicara melainkan dia hanya menunjuk apa atau benda apa yang ia inginkan tersebut. Hal ini disebabkan karena bahasa pertama yang anak kuasai adalah bahasa yang sesuai dengan lingkungan pembelajar.
4.1.2 Analisis Bahasa anak Kedua
Subjek peneleitian yang kedua adalah Andika Pratama, yang sehari-harinya dipanggil “Tama”. Dia dilahirkan di pada tanggal 26 Desember 2007. Ibunya Sri Lestari dan ayahnya Ali Andi. “Tama” tumbuh dalam keluarga yang termasuk kelas menengah yang untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan primer yang lain tercukupi. Orang tuanya sangat aktif dalam mengajaknya berbicara, hal ini menyebabkan kemampuan “Tama” dalam merespon percakapan sanga baik. Orang tuanya juga melengkapi mainan seperti mobil-mobilan atau bola dan sebagainya, orang tua Tama juga banyak mengenalkan gambar-gambar, seperti gambar buah, kendaraan dan sebagainya.

Pengambil giliran (turn taking) merupakan satu strategi yang penting dalam suatu komunikasi khususnya dalam komunikasi dua hal. Dengan adanya strategi ini, suatu tuturan dapat berjalan dengan lancar dan teratur menurut prinsip-prinsip komunikasi. Dalam kajian ini, didapat bahwa ujaran setiap giliran untuk subjek kajian, Tama dengan peneliti. Hal ini mungkin disebabkan observasi yang dilakukan itu lebih merupakan tuturan yang berupa soal jawab antara Tama dengan peneliti. Oleh karena itu, dalam percakapan tersebut, Tama berperan aktif dalam menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh peneliti tadi.

Dari cuplikan wacana di atas membuktikan bahwa Tama dalam bertutur menjawab pertanyan dari lawan tutur dengan baik. Dari jawaban-jawaban yang dituturkan tersebut sangat jelas bahwa dia sangat lancar dan mudah mencerna apa yang ditanyakan oleh peneliti terhadapnya. Dan hal-hal yang tidak ditanyakan pun dia menceritakannya. Terkadang dia menggunakan bahasa baku dalam percakapannya. Dia juga sering menggunakan kata-kata seperti “sudah”. Jumlah ujaran-ujaran yang diucapkan relatif panjang dan sangat mudah untuk dimengerti. Dia mampu menceritakan suatu hal kepada orang dewasa dengan sangat lancar. Hal ini disebabkan karena bahasa pertama yang dikuasai adalah bahasa yang sesuai dengan lingkungan pembelajar. Dan juga karena bahasa yang dipakainya telah dipengaruhi oleh lingkungan.

4.1.3 Analisis Bahasa Anak Ketiga

Subjek peneleitian yang ketiga adalah Meliza Yuspi, yang sehari-harinya dipanggil “Liza”. Dia dilahirkan di pada tanggal 8 Oktober 2008. Ibunya Handayani dan ayahnya Muhammad Iskandar. “Liza” tumbuh dalam keluarga yang termasuk kelas menengah atas yang kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan primer yang lain telah tercukupi dengan baik. Orang tuanya sangat memanjakannya dengan cara melengkapi mainan-maianan serta boneka-boneka kesukaannya.

Pengambil giliran (turn taking) merupakan satu strategi yang penting dalam suatu komunikasi khususnya dalam komunikasi dua hal. Dengan adanya strategi ini, suatu tuturan dapat berjalan dengan lancar dan teratur menurut prinsip-prinsip komunikasi. Dalam kajian ini, didapat bahwa ujaran setiap giliran untuk subjek kajian, Liza dengan peneliti. Hal ini mungkin disebabkan observasi yang dilakukan itu lebih merupakan tuturan yang berupa soal jawab antara Liza dengan peneliti. Oleh karena itu, dalam percakapan tersebut, Liza hanya berperan untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh peneliti tadi. Dan respon yang diberikan Liza dalam percakapan tersebut kurang begitu aktif.

Dari cuplikan wacana di atas membuktikan bahwa Liza dalam bertutur hanya menjawab pertanyan dari lawan tutur. Dari jawaban-jawaban yang dituturkan tersebut sangat jelas bahwa dia tidak begitu mampu merespon pertanyaan dengan baik, sehingga jawaban yang diberikan hanya sepenggal kata saja. Dalam wacana di atas, jelas bahwa Liza mengucapkan kata-kata yang terpenggal. Jadi, dapat disimpulkan anak usia tiga tahun sebenarnya sudah bisa berkomunikasi, meskispun secara terbatas. Kamunikasi secara terbatas dalam tutur ini karena keadaan situasi yang sedang dialami Liza. Dalam keadaan menangis Liza secara tidak langsung akan memanggil yang mamanya, karena hanya mamanya orang yang terdekat (yang merawat) dia.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penulisan yang disampaikan di bagian pendahuluan, maka sebagai kesimpulan dapatlah disampaikan hal-hal berikut.
Berdasarkan panjang ayat anak usia tiga tahun dalam bertutur pada umumnya mengucapkan kata-kata secara terpenggal. Serta penguasaan bahasa yang dikuasai anak diperoleh melalui tahapan-tahapan tertentu. Anak umur tiga tahun sudah mampu menyusun kalimat dalam bertutur meskipun masih sangat sederhana dan terbatas. Berdasarkan jumlah ujaran setiap giliran tutur dibuktikan anak tiga tahun dalam bertutur hanya menjawab pertanyaan dari lawan tutur.
Dari hasil penelitian ini, kami mendapatkan bahwa anak umur tiga tahun seperti “Tama” bertutur dengan baik kepada lawan tuturnya. Hal ini dikarenakan orang tuanya aktif mengajaknya berbicara sehingga dia memiliki kemampuan bertutur yang lebih baik jika dibandingkan dengan kedua anak lainnya yang kami teliti. Oleh karena itu faktor lingkungan sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa pada anak.

5.2 Saran
Adapun saran-saran perbaikan yang dapat kami berikan untuk melengkapi keilmuan kebahasaan anak khususnya pada penelitian pemerolehan tindak tutur pada anak usia 2-4 tahun ialah:
1. Orang tua harus mampu memberikan input bahasa yang baik kepada anaknya, karena anak umur 2-4 sangat peka dalam menirukan kata-kata yang didengarnya.
2. Perilaku pertuturan yang dikaji berdasarkan jenis-jenis tindak tutur yang dilakukan terhadap bahasa lain semisal bahasa ibu (daerah) dari anak usia 2-4 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, Soenjono dan Unika Atma Jaya. 2000. Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dardjowidjojo, Soenjono dan Unika Atma Jaya. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI.
Yuniarti. 2010. Kompetensi Tindak Tutur Direktif Anak Usia Prasekolah. Semarang : Universitas Diponegoro.
Kushartanti, B. -----. Strategi Kesantunan Bahasa pada Anak-anak Usia Prasekolah: Mengungkapkan Keinginan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Halijah, Abd dan Hamid. 1996. Bagaimana Manusia Memperoleh Bahasa?. Jakarta: Pelita Bahasa (Jurnal penyelidikan IPBL, jilid 7, 2006)
http://www.infodiknas.com/pemerolehan-bahasa-anak-usia-tiga-tahundalam-lingkungan-keluarga/